twitter
rss

Oleh : Hadi Subarna

                                                            Assalamu’alaikum … 
Pagi itu matahari bersinar cerah, secerah semangatku untuk berangkat mengikuti pelatihan tentang Ice Breaker dan bagaimana “Menjadi guru yang tangguh berhati cahaya”. Nara sumber adalah Kak Kusumoh (Surabaya) dan Bapak Wijaya Kusuma (guru SMP Labschool Jakarta). Suasana pelatihannya sangat bagus dan menginspirasi bahwa guru itu harus kreatif, inovatif serta harus benar-benar paham akan tanggungjawabnya sebagai seorang guru. 
Satu hal yang penting untuk dimiliki seorang guru adalah “NIAT” yang iklas dan tulus serta kesabaran setebal “ratusan ribu metrik ton” BAJA. Mengapa hal itu dibutuhkan? Di jaman teknologi seperti sekarang ini, para siswa banyak mengetahui dan menggunakan peralatan dengan teknologi yang tinggi. Seorang guru harus kreatif, inovatif dalam menyelenggarakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). 
Bagaimana seorang guru mengajarkan pembelajaran yang interaktif, menarik kalau menggunakan komputer/laptop dan infocus saja tidak bisa !!!… Apa kata dunia … Ada nilai-nilai yang bergeser dari seorang guru dewasa ini.
Dengan banyaknya bantuan yang mengalir dari pemerintah, mulai dari naiknya gaji PNS, sertifikasi atau pun bantuan lainnya, membuat “sebagian” guru terasa dimanjakan dengan “fasilitas” tersebut. 
Banyak para guru yang telah di sertifikasi belum paham akan pentingnya RPP sampai dengan proses evaluasinya. Banyak diantara mereka berpendapat bahwa “guru rajin” atau “guru malas” sama SAJA, sama-sama di GAJIIII … dan tidak ada perbedaannya. Tetapi banyak pula para guru dengan keterbatasan fasilitas di daerah terpencil dengan hati ikhlas mengajar siswanya dengan penuh HATI memberikan senyuman terbaik ketika mengajar siswanya. 
Tulisan ini saya ungkapkan bukan untuk “menyakiti” perasaan para guru. Tetapi untuk menggugah bahwa profesi guru itu mulia adanya tidak bisa digantikan dengan apapun kalau kita tahu kebaikan/nilai-nilai dari seorang guru. Pahala dari memberikan ilmu akan terus mengalir walaupun guru tersebut telah “dipanggil” illahi. 
Bila ada seorang dokter salah mendiagnosa penyakit pasien, maka hal terburuk yang akan terjadi satu orang pasien akan meninggal. Tetapi bila seorang guru “salah” mendidik maka satu generasi penerus bangsa akan rusak. Tulisan ini saya persembahkan untuk guru dan dosenku tercinta … semoga kebaikanmu akan dibalas ratusan ribu kali lipat di hadapan-Nya. 
Saya adalah seorang GURU … (Hadi Subarna)

1 komentar:

  1. weess mantab mengajar dengan hati......selamat berjuang bapak...krn perjuangan jaman sekarang bukan dgn membawa bambu runcing atau senapan :D
    Semoga anak didik bapak suatu saat menjadi org hebat...sukses.

Posting Komentar