Oleh : Hadi Subarna
Pagi itu matahari bersinar cerah, secerah
semangatku untuk berangkat mengikuti pelatihan tentang Ice Breaker dan bagaimana
“Menjadi guru yang tangguh berhati cahaya”. Nara sumber adalah Kak Kusumoh
(Surabaya) dan Bapak Wijaya Kusuma (guru SMP Labschool Jakarta). Suasana
pelatihannya sangat bagus dan menginspirasi bahwa guru itu harus kreatif,
inovatif serta harus benar-benar paham akan tanggungjawabnya sebagai seorang
guru.
Satu hal yang penting untuk dimiliki seorang
guru adalah “NIAT” yang iklas dan
tulus serta kesabaran setebal “ratusan ribu metrik ton” BAJA. Mengapa hal itu dibutuhkan? Di jaman teknologi seperti
sekarang ini, para siswa banyak mengetahui dan menggunakan peralatan dengan
teknologi yang tinggi. Seorang guru harus kreatif, inovatif dalam menyelenggarakan
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
Bagaimana seorang guru mengajarkan
pembelajaran yang interaktif, menarik kalau menggunakan komputer/laptop dan
infocus saja tidak bisa !!!… Apa kata dunia … Ada nilai-nilai yang bergeser
dari seorang guru dewasa ini.
Dengan banyaknya bantuan yang mengalir dari
pemerintah, mulai dari naiknya gaji PNS, sertifikasi atau pun bantuan lainnya,
membuat “sebagian” guru terasa dimanjakan dengan “fasilitas” tersebut.
Banyak para guru yang telah di sertifikasi
belum paham akan pentingnya RPP sampai dengan proses evaluasinya. Banyak
diantara mereka berpendapat bahwa “guru rajin” atau “guru malas” sama SAJA,
sama-sama di GAJIIII … dan tidak ada perbedaannya. Tetapi banyak pula para guru
dengan keterbatasan fasilitas di daerah terpencil dengan hati ikhlas mengajar
siswanya dengan penuh HATI memberikan senyuman terbaik ketika mengajar
siswanya.
Tulisan ini saya ungkapkan bukan untuk
“menyakiti” perasaan para guru. Tetapi untuk menggugah bahwa profesi guru itu
mulia adanya tidak bisa digantikan dengan apapun kalau kita tahu
kebaikan/nilai-nilai dari seorang guru. Pahala dari memberikan ilmu akan terus
mengalir walaupun guru tersebut telah “dipanggil” illahi.
Bila ada seorang dokter salah mendiagnosa
penyakit pasien, maka hal terburuk yang akan terjadi satu orang pasien akan
meninggal. Tetapi bila seorang guru “salah” mendidik maka satu generasi penerus
bangsa akan rusak. Tulisan ini saya persembahkan untuk guru dan dosenku
tercinta … semoga kebaikanmu akan dibalas ratusan ribu kali lipat di
hadapan-Nya.
Saya adalah seorang GURU … (Hadi Subarna)
31 Oktober 2014 pukul 08.00
weess mantab mengajar dengan hati......selamat berjuang bapak...krn perjuangan jaman sekarang bukan dgn membawa bambu runcing atau senapan :D
Semoga anak didik bapak suatu saat menjadi org hebat...sukses.