Oleh : Harie
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe
bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Kalimat-kalimat sumpah pemuda itu kembali
bergema dan menghiasi berbagai macam headline media massa ataupun media
sosial beberapa hari ini. Wajar saja, sejak 86 tahun yang lalu tepat di tanggal
ini, perisitiwa sumpah pemuda benar-benar telah mengubah nasib Bangsa
Indonesia. Sumpah pemuda yang merupakan hasil keputusan kongres para pemuda
yang berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia yang diselenggarakan pada
tanggal 27-28 Oktober 1928 di Batavia itu telah menjadi salah satu tonggak utama
dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah pemuda seakan menjadi obor
semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia saat itu. Dan
yang perlu kita ketahui, semangat perjuangan dan persatuan para pemuda merebut
kemerdekaan dari para penjajah ketika itu benar-benar ikhlas mereka lakukan
untuk bangsa tercinta.
Berbicara mengenai Sumpah Pemuda
sejatinya kita berbicara tentang sejarah dan harapan. Sejarah tak bisa kita
pungkiri, bahwa memang pemuda telah menggoreskan perjuangannya untuk tanah air
dan bangsa yang mereka cintai ini. Bahkan perjuangan itu mereka ukir dengan
tintah darah hingga nyawa.
Teks Sumpah Pemuda adalah bukti bahwa dahulu
kala, di era pra-kemerdekaan, Indonesia pernah memiliki anak-anak muda yang
siap menjadi martir demi Tanah Air yang hendak mereka lepaskan dari cengkraman
penjajah.
Tentu ada banyak momen di mana pemuda
hadir dalam ruang-ruang konflik pra-kemerdekaan. Begitu banyak hingga tidak
mungkin saya menuangkannya satu demi satu dalam artikel ini. Namun demikian,
dalam lembaran sejarah, momentum di mana pemuda "memaksa" kaum tua
untuk segera memproklamirkan kemerdekaan merupakan momen yang paling krusial
(setidaknya menurut saya).
Peristiwa tersebut kita kenal dengan
istilah "Peristiwa Rengasdengklok". Para pemuda yang diwakili oleh
Soekarni , Wikana , Aidit dan Chaerul Saleh "menculik" Soekarno pada
tanggal 16 Agustus 1945, dan mendesaknya agar segera menggaungkan kemerdekaan.
Soekarno yang bersama Hatta ketika itu berusaha agar tidak termakan desakan
para pemuda. Tapi, para pemuda tidak ingin kalah dengan golongan tua.
Pemuda-pemuda tersebut begitu jeli melihat peluang dan berusaha
memanfaatkannya. Hingga akhirnya, Soekarno dan Hatta betul-betul "mati
kutu" di hadapan pemuda tersebut. Hasilnya, satu hari setelah Peristiwa
Rengasdengklok, tepatnya 17 Agustus 1945, Bung Karno memproklamirkan
kemerdekaan. Seketika itu juga teriakan "MERDEKA!" membahana di bumi
Indonesia.
Sumpah pemuda mengajarkan kita bahwa
seorang pemuda harus mempunyai mimpi yang tinggi, dan mampu beraksi nyata
mewujudkan mimpi itu. Selain itu, seorang pemuda juga harus mampu menjadi
perangkai mozaik persatuan sehingga menghasilkan keutuhan Bangsa ini. Seorang
pemuda juga harus senantiasa belajar di kehidupan ini. dan tidak boleh merasa
pandai, tetapi harus “pandai merasa” kondisi sekitarnya. Oleh karena itu, mari
kita bangkitkan kembali makna sumpah pemuda sekarang agar nilai-nilai positif
yang terkandung di dalamnya mampu diterapkan di kemudian hari agar Bangsa
Indonesia mampu meraih kejayannya kelak.